a. Kondisi Politik
Bangsa Arab sebelum Islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa
asyabiyah
(kesukuan) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka “Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya“. Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem diktator. Banyak hak yang terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya, sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisinya.
b. Kondisi Masyarakat
Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan di tengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.
c. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan
Semua gambaran agama dan kebiasaan masyarakat Arab adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk
kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.
Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma’il Alaihis-Salam,yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim Alaihis-Salam yang intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.
2.Peradaban Islam pada Masa Nabi
Fase Mekkah : Sistem Dakwah
a.Dakwah Secara Diam-Diam
Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman adalah : 1. Istri beliau sendiri, Khadijah 2. Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits 3. Dari kalangan budak, Bilal 4. Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq
b.Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah yang bersifat rahasia, terhimpunlah pengikut Nabi sebanyak tiga puluh orang. Dakwah dikala itu dilaksanakan secara diam-diam. Setelah fase itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan turunnya ayat (QS. Al-Hijr, 15:94)
Fase Madinah : Pembentukan Sistem Sosial, Militer dan Ekonomi
a.Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan
1. Pembangunan Masjid Nabawi
2. Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar
3. Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin
b. Bidang Politik
Dalam bidang politik, Nabi Saw. Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi). Piagam inilah yang oleh Ibnu Hasyim disebut sebagai Undang-undang Dasar Negara Islam (Daulah Islamiyah) yang pertama.
c.Bidang Militer
Peperangan yang terjadi pada masa Rasul membawa akibat perkembangan Islam dan kebudayaan Islam. Peperangan pada masa Rasul terdiri dari :
1)
Ghazwah;
yaitu peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasul sendiri. Peperangan ini terjadi dua puluh tujuh kali. 2)
Syariah;
yaitu peperangan yang dipimpin oleh para sahabat untuk memimpinnya, peperangan ini terjadi tiga puluh delapan kali. di
Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. dari prinsip-
prinsip Qur’ani. AlQuran yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah menetapkan berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam aktivitas disetiap aspek kehidupannya, termasuk di bidang ekonomi.
3.Peradaban Islam Masa Khilafah Rashidah
Nabi Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang menggantikan beliau setelah beliau wafat. Sepertinya nabi menyerahkan hal tersebut ke kaum muslimin sendiri untuk memilihnya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat , belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah
tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih jadi pemimpinnya. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun dengan semangat Ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan yang tinggi dari Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. Pada masa Abu Bakar (11-13 H/632-634 M), beliau bukan hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai penyelamat Islam dari kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan umat Islam yang telah bercerai berai setelah wafatnya Rasulullah Saw. Disamping itu beliau juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam. Jadi letak peradaban pada masa Abu Bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama Islam dari kehancuran serta perluasan wilayah) melalui sistem pemerintahan (kekhalifahan) Islam. Pada masa Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) mengenai ilmu keIslaman pada saat itu berkembang dengan pesat. Para ulama menyebarkan ke kota-kota yang berbeda, baik untuk mencari ilmu maupun mengajarkannya kepada muslimin yang lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan sebelum Islam datang, di mana penduduk Arab, terutama Badui, merupakan masyarakat yang terbelakang dalam masalah ilmu pengetahuan. Buta huruf dan buta ilmu adalah sebuah fenomena yang biasa.
Pada masa Khalifah Utsman ( 23-35 H/644-656 M) kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda. Demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan diberi kelonggaran meninggalkan Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan tersebarnya sahabat-sahabat besar ke berbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar Islam kepada sahabat-sahabat yang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah terdekat. Utsman pun medapat gelar Dzun nurain yang berarti pemilik dua cahaya. Utsman mendapatkan gelar ini karena Utsman pernah menikahi 2 putri nabi. Pada masa Khalifah Ali ibn Thallib (35-40 H/656-661 M), Ali melakukan pembasmian terhadap pembangkang, dan memecat gubernur-gubernur yang diangkat pada masa sebelumnya.
4. Peradaban Islam Masa Bani Umayyah
Memasuki masa kekuasaan Mu’awiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah,pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kekhalifaan Mu’awiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Mua’wiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Mu’awiyah bermaksud mencontoh kepada monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jawaban tersebut. Dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”
. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota Negara dipindahkan Mu’awiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubenur sebelumnya.
Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd. Al-Malik ibn Marwan (685-705 M), Al-Walid ibn Abd Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim ibn Abd. Malik (724-743 M). Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasi daerah Khurasan samapi ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Abd. Al-Malik, dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawariz, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
5. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Suffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H / 750 M s/d 656 H / 1258 M. Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
a. Periode Pertama
(132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b. Periode Kedua
(232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
c. Periode Ketiga
(334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d. Periode Keempat
(447 H/1055 M– 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Turki kedua.
e. Periode Kelima
(590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaanya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
6. Peradaban Islam di Spanyol
Ada tiga pahlawan yang paling berjasa di dalam proses penaklukan Islam di Spanyol yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair Perkembangan Islam di Spanyol terbagi menjadi enam periode : – periode pertama (711 – 755 M) – periode kedua (755 – 912) – periode ketiga (912 – 1013) – periode keempat (1013 – 1086) – periode kelima (1086 – 1248) – periode keenam (1248 – 1492)
Kemajuan yang dapat dilihat pada masa kejayaan Islam di Spanyol adalah : a. Kemajuan di bidang intelektual, kemajuan ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya berbagai ilmu seperti filsafat, sains, fiqih, seni dan musik, bahasa dan sastra. b. Kemajuan di bidang bangunan hal ini terbukti dengan ditemukannya masjid-masjid besar yang ada di kota-kota di Spanyol. Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol yaitu karena adanya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaaan serta keterpencilan.
7. Peradaban Islam Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M) 1.
Kerajaan UtsmaniPendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan di bidang-bidang kehidupan yang lain, diantaranya: a) Bidang kemiliteran dan kepemerintahan, b) Bidang ilmu pengetahuan dan budaya, dan c) Bidang keagamaan.
2. Kerajaan Safawi di Persia
Ketika kerajaan Utsmani sudah mencapai puncak kemajuannya. Kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Utsmani. Berbeda dari dua kerajaan Islam lainnya (Utsmani dan Mughal), kerajaan Safawi menyatakan; Syi’ah sebagai madzhab Negara. Karena itu,kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain: a) Bidang ekonomi, b) Bidang ilmu pengetahuan, dan c) Bidang pembangunan fisik dan seni.
3. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak buah India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa khalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim. Kemajuan yang dicapai oleh tiga sultan pasca Akbar antara lain: a) Kemantaban stabilitas politik b) Bidang ekonomi c) Bidang seni dan budaya
1. Kemunduran Kerajaan Utsmani
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani itu mengalami kemunduran, diantaranya adalah: a) Wilayah kekuasaan yang sangat luas b) Heterogenitas penduduk c) Kelemahan para penguasa d) Budaya pungli e) Pemberontakan tentara Jenissari f) Merosotnya ekonomi g) Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
2. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1694 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa pada kehancuran. Di antara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani. Bagi kerajaan Utsmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik
antara kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan Islam tersebut. Tidak kalah penting dari sebab-sebab tersebut adalah terjadinya konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
3. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa pada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu : a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan meliter b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik c.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan cenderung asketis d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paru terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
Peradaban Islam di Asia Tenggara a. Islam di Indonesia
Pada tahun 173 H., sebuah kapal layar dengan
pemimpin “Makhada Khalifah” dari Teluk
Kambay Gujarat berlabuh di Bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang anggota dakwah yang terdiri atas orang Arab, Persia dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal dagang, dan khalifah menyamar sebagai kaptennya. Mahkad Khalifah adalah seorang yang bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari setengah abad, Meurah (raja) dan seluruh rakyat kemeurahan Perlak yang beragama Hindu-Budha dengan sukarela masuk agama Islam. Kerajaan pertama Islam berdiri pada awal abad ke 3H / 9M berlokasi di Perlak. Selanjutnya Islam masuk ke pulau Jawa diperkirakan pada abad ke 11 M., dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maemun di lereng Gresik yang berangkat pada tahun 475 H. data sejarah lainnya menyebutkan bahwa Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 12/13 M., ke Maluku sekitar abad ke-14 M.
b. Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Islam yang disebar di kawasan Asia Tenggara telah lengkap dengan berbagai aliran kalam, fiqih, tasawuf dan tarekat yang dikembangkan oleh ulama sebelumnya. Oleh karena itu terdapat dua kecenderungan umat Islam ketika itu. Pertama, golongan tradisional yang mengikatkan diri pada madzhab atau aliran tertentu. Kedua, golongan modernis yang menganggap bahwa kemunduran Islam karena pelaksanaan ajaran yang sudah tidak murni lagi.
Pembaharuan yang terjadi di dunia Islam yang dipelopori oleh ulama modernis di berbagai Negara, yaitu Muhammad Ibn Al-wahab di Saudi Arabia, Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridho di Mesir, bedampak ke Indonesia bersamaan dengan kembalinya Haji Miskin (1802) setelah melakukan ibadah haji dari Mekkah. Pembaharuan pemahaman agama Islam ditunjukkan untuk : a)Menyucikan Islam dari pengaruh bid’ah
, b) Pendidikan yang lebih tinggi bagi umat Islam, c) Pembaharuan rumusan ajaran Islam terhadap pengaruh Barat dan Kristen
9. Kontribusi Islam Terhadap Peradaban Barat
Sebelum Islam datang, dunia barat mengalami masa kegelapan dikarenakan masih dikuasai doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan para ilmuan dianggap kafir, sehingga mereka disiksa dan dihukum. Kontribusi intelektual Islam dalam hal keilmuan tidak terbatas di dalam bidang pendidikan saja. Kontribusi intelektual Islam juga meliputi bidang-bidang keilmuan lainnya seperti : astronomi, matematika, fisika, kimia, kedokteran, sastra, geografi, sejarah, sosiologi, ilmu politik, arsitektur dan seni rupa.
10.Reformisme Islam
Gerakan pemikiran Islam merupakan respon terhadap perkembangan dan kondisi zamannya, untuk mempermudah melakukan klasifikasi pemikiran tersebut beberapa ahli dan tokoh ke-Islaman membagi menjadi beberapa tipologi pemikiran Islam, semisal Fazlurrahman. Ia membagi tipologi pemikiran Islam menjadi tiga; Pertama Gerakan Revivalis yang muncul di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 biasa dikenal dengan tajdid adalah suatu proses yang dengannya komunitas muslim (ummah) menghidupkan kembali kerangka sosial, moral, dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar Islam, yakni al-Quran dan al-Sunnah. Tokoh yang masuk dalam kelompok ini adalah al-Ghazali (w.1111), Ibn Taimiyyah (w.1328), Ahmad Sirhindi (w.1624), Syah Wali Allah Dihlawi (w.1762) di India, dan Muhammad Ibn Abdul Wahhab (w.1792) di Arab Saudi, Muhammad Ibn Ali al-Syaukani (w.1834) di Yaman, Sayyid Ahmad dari Rae Bareli di India, Hajj Syariat Allah di Bengal (l.1764), Muhammad Ibn Ali al-Sanusi (w.1859) di Afrika Utara dan Fulaniyah di Afrika Barat. Gerakan Revivalis memusatkan diri pada : a) kepedulian yang sangat terhadap kebobrokan sosial dan masyarakat muslim, b) seruan untuk kembali ke dalam Islam yang murni dan membuang tahayul yang ditanamkan oleh bentuk-bentuk sufisme populer, c) usaha-usaha untuk membebaskan diri dari ide kemapanan dan finalitas mazhab-mazhab fiqih dan usaha-usaha untuk melaksanakan ijtihad, yaitu memikir ulang secara pribadi mengenai makna risalah yang murni.
11.Dampak Kemajuan Barat atas Dunia Islam
Kemajuan peradaban barat dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fiqih, musik dan kesenian. Begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik. Islam telah membuktikan pada masa lalu bahwa dengan kemajuan intelektual, khususnya ilmu filsafat, kejayaan dan keemasan akan diraih dan dirasakan.
Dalam dunia pendidikan, pemikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd merupakan pemikiran yang paling banyak dipelajari. Banyaknya para pemuda Eropa yang belajar ke universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Sevile, Granada, Malaga dan Salamanca yang aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim di Toledo dibawa pulang ke negerinya kemudian mendirikan sekolah dan universitas di sana. Hal tersebut dapat dilihat dari pengaruh peradaban Islam dalam Hal tersebut dapat dibuktikan dengan universitas pertama di Eropa adalah universitas Paris yang didirikan tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 universitas. Ilmu yang mereka peroleh dari universitas adalah ilmu kedokteran, ilmu pasti dan filsafat. Pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban Islam di Eropa yang berlangsung abad 12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (
renaissance) pusaka Yunani di Eropa abad ke 14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Namun umat Islam tidak boleh hanya sekedar mengingat masa kejayaan Islam dan pengaruhnya terhadap dunia barat, akan tetapi umat Islam harus bangkit dan merebut kembali kejayaan-kejayaan masa lalu melalui renaissance Islam dengan banyak mengirimkan anak-anak terbaik Islam belajar ke dunia barat agar dapat pulang dengan membawa keilmuan mereka dan mengembangkannya untuk Islam sebagaimana yang dilakukan pada masa Bani ‘Abbasiyah yang kemudian dilakukan juga oleh orang-orang Barat terhadap keilmuan Islam. Akhirnya, sejarah akan berulang meskipun dalam suasana, subyek dan obyek yang berbeda akan tetapi subtansinya sama. Mudah-mudahan kebangkitan dan kemajuan Islam kembali diraih setelah hilang sejak abad ke-14 hingga sekarang. Amiin
Leave a Reply